Selasa, 19 Juli 2011

Tadulako, Pahlawan Perang di Padang Sunyi

Oleh Jafar G Bua

Mengisi waktu liburan di pantai atau di pegunungan mungkin sudah biasa. Sesekali cobalah mengisi waktu liburan dengan berkunjung ke Lembah Megalit Besoa. Di sini, kita akan menyaksikan arca-arca atau patung batu unik dari zaman prasearah sambil menikmati berjalan di atas pematang sawah juga menyaksikan kerbau berkubang.
Lembah megalitik Besoa terletak sekitar 1000 meter di atas permukaan laut. Untuk menuju ke situs purbakala yang menyimpan cerita dari zaman prasejarah itu kita harus berjalan kaki kurang dari 1kilometer melewati persawahan dan kerbau-kerbau petani yang sedang berkubang.
Di lembah ini ratusan arca batu bisa kita temukan. Tapi, yang paling mudah dicapai adalah situs arca Tadulako. Ini adalah arca panglima perang yang tersisa dari zamannya.
Berdiri di atas sebuah bukit arca ini menghadap ke arah barat ke arah matahari terbenam. Dikisahkan oleh tetua adat setempat, Tadulako adalah panglima perang yang tersisa dari sebuah perang suku di zaman sekitar 3000 Sebelum Masehi. Ia dikutuk menjadi batu setelah dipukul kepalanya oleh seorang perempuan musuh dengan batang alu.
“Itu kisah turun-temurun yang saya ketahui sampai kini tentang Tadulako. Tidak ada yang dapat memastikan sejak kapan kisah ini muncul, tapi dari perhitungan peneliti kisah ini ada sejak ribuan tahun lalu,” tutur Munis Taro (72), tetua adat Besoa.
Di dekat arca Tadulako ini kita juga akan menemukan kalamba. Ini yang menarik sebab arca ini dulunya adalah bak mandi para putri raja. Bentuknya seperti ember besar. Hanya saja ini terbuat dari batu, bukan plastic. Untuk memastikan kebersihannya, kalamba ini mempunyai tutup yang juga terbuat dari batu alam.
Begitu yang dikisahkan Munis Taro, tetua adat yang sejak lama setia menjaga dan menceritakan warisan leluhur ini kepada para wisatawan atau peneliti yang datang berkunjung.
Jika kita mau lagi berlelah-lelah berjalan di sekitar kawasan ini ada lagi sebuah arca tidur yang di atasnya dipahatkan simbol-simbol unik. Sayang, belum ada yang mengetahui apa makna simbol berbentuk manusia dan cecak yang terpahat di atas arca.
Berkunjung ke lembah megalit ini terasa terlempar jauh ke masa lalu. Ke masa prasejarah di mana manusia belum mengenal tulisan, sambil mengagumi keindahan alam Nusantara, bersyukur pada sang Maha Kuasa dan membayangkan tingginya peradaban leluhur kita di masa lalu. Dan tentu menemani Tadulako yang sendiri di padang sunyi.
Sekarang, kita kembali dari pengembaraan ke masa silam itu. Kita masih punya tujuan menarik. Kabarnya ada banyak kuliner tradisional di kawasan ini. Salah satunya adalah Beko. Penasaran menyicipinya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar